Rabu, 12 April 2017

MEMAHAMI “BAHASA” ANAK



MEMAHAMI “BAHASA” ANAK
Oleh : Irvan Kristivan, M.Pd.

Membiasakan anak agar gemar menulis bukanlah hal mudah. Guru harus butul-betul memahami “bahasa” anak. Bahasa anak dalam arti bahasa yang dipakai dan dipahami anak sesuai dengan dunianya. Terkadang anak mengungkapkan sesuatu yang tidak lazim dikatakan orang dewasa, namun maksud dan tujuannya dapat dimengerti. Beberapa hal yang perlu dipahami guru terkait dengan kemampuan “bahasa” anak dalam menulis, diantaranya:
Pertama, Perbendaharaan kata masih minim. Anak masih kesulitan ketika akan menuangkan apa yang ada dipikirannya dalam bentuk tulisan. Pada dasarnya anak sudah memiliki konsep tersendiri dalam memory otaknya meskipun masih belum kompleks. Namun, ketika hendak diungkapkan dalam bentuk kata-kata, anak lebih memilih menggunakan kata yang singkat tetapi maksud dan tujuannya dapat tersampaikan. Anak belum mampu mengembangkan kata-kata dan mengembangkan cerita. Sehingga tidak heran jiga ketika diberi tugas bercerita anak lebih memilih membuat cerita yang sangat singkat dan pendek. Bahkan dari segi ceritanya pun cenderung masih sekitar satu atau dua peristiwa yang dianggap paling penting, menyenangkan, atau yang pernah dialaminya sendiri.
Kedua, Penggunaan kata masih tercampur dengan bahasa daerahnya. Bahasa daerah sangat kental dengan kehidupan anak sehingga dalam setiap tulisan anak selalu ada satu atau dua yang menyisipkan bahasa daerah. Hal itu karena anak belum mampu men-translate secara baik bahasa daerah yang dimaksud ke dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. Seperti yang pernah saya temukan dikelas IV ada anak yang menulis “Kemudian saya dan teman-teman mengbal di lapangan”. Kata “mengbal” seharusnya “bermain bola”, namun karena anak kental dengan daerahnya yaitu Sunda makan kata “mengbal”-lah yang anak tuangkan dalam tulisannya.
Ketiga, Pengalaman anak masih dangkal. Cenderung yang mereka tulis tidak jauh dari apa yang berada di sekitar mereka. Tidak heran jika ditemukan tulisan beberapa anak yang cenderung sama. Misalnya ketika disuruh untuk menulis pengalaman liburan sekolah guru seringkali menemukan lebih dari dari dua anak yang menulis judul “Berkunjung ke rumah nenek”. Atau bahkan ketika anak diberi tugas membuat puisi pasti guru akan menemukan banyak puisi dengan judul “IBU”.
Keempat, Bahasa anak adalah JUJUR. Apa yang mereka lihat, mereka dengar, mereka rasakan adalah apa yang mereka tulis. Anak belum bisa membedakan mana yang salah dan mana yang benar. Anak belum bisa memakai gaya bahasa atau majas. Cenderung kata-katanya datar, seadanya, tanpa ada perumpamaan atau bahkan kata-kata yang ambigu.
Setelah memahami “bahasa” anak gurupun perlu memperhatikan hal-hal yang dibutuhkan anak ketika dia menulis, yaitu sebagai berikut:
Pertama, Semua karya anak harus dihargai. Sekecil apapun karya anak adalah produk dari pemikiran anak yang patut dihargai. Bentuk penghargaan itu bisa berupa tepuk tangan, sanjungan, atau bahkan mengakui bahwa itu adalah karya anak. Sekecil apa pun pengahargaan yang diberikan oleh guru terhadap karyanya akan memberikan motivasi yang paling besar terhadap anak.
Kedua, Meluruskan bukan menyalahkan. Dalam hal membetulkan kesalahan anak harus hati-hati. Penggunaan bahasa dan cara menyampaikan harus dengan tepat. Jangan sekali-kali guru menyalahkan karya tulis anak, justru guru harus meluruskan setiap kesalahan dengan cara yang halus bahkan tanpa disadari anak tulisannya telah dikoreksi.
Ketiga, Memberikan stimulan. Mengingat pembendaharaan kata dan pengalaman anak yang masih minim, maka perlu adanya stimulan dari gurunya. Stimulan yang dimaksud bukan hanya sekedar motivasi, namun lebih kepada memancing anak untuk menulis atau lebih kepada mengarahkan anak menulis diluar kebiasaanya. Contoh: menghindari kata saya, menghindari tema ibu, ayah, guru, berlibur ke rumah nenek, atau bisa juga dengan memberikan tugas dengan tema-tema yang menarik tetapi sangat dekat dengan kehidupan anak seperti: sarapan, menonton TV, mandi, belajar, kebersihan, dsb.
Dengan memperhatikan “bahasa” anak dan hal-hal yang dibutuhkan anak ketika menulis, maka anak akan dengan senang hati menulis, kemudian menjadi terbiasa menulis, dan pada akhinya menjadi hobi. Jika sesuatu sudah menjadi hobi, maka seberat apapun akan terasa ringan dan akan dilakukan dengan penuh keikhlasan dan berkesinambungan tanpa tahu batas waktu kapan akan berakhir. Yang pasti anak akan mampu menghasilkan produk sebagai karyanya sendiri.


Penulis adalah anggota Forum GUMEULIS, Guru Penjaskes SDN Sukamulya UPT Dinas Pendidikan Wilayah Barat Kota Tasikmalaya.



 Terbit di HU. Kabar Priangan,  Kamis, 14 April 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SGFA : BERLATIH BERSAMA COACH BONGSU HASIBUAN

SGFA : BERLATIH BERSAMA COACH BONGSU HASIBUAN FUTSAL adalah cabang olahraga yang menjadi trend remaja masa kini. Pelajar SD, SMP, SMA, Hin...