BELAJAR
MANAJEMEN PERTANDINGAN MELALUI KEGIATAN PORAK
Oleh:
Irvan Kristivan, M.Pd.
Selesai
UAS ganjil sebelum dibagikan raport, itu adalah masa tenggang pembelajaran
aktif di kelas. Pada masa tenggang tersebut biasanya peserta didik tidak
terlalu fokus untuk belajar melainkan lebih kepada relaksasi pikiran. Begitu
pun ibu-bapak guru akan semakin sibuk untuk mengolah nilai dan mengisi raport.
maka dari itu perlu lah kegiatan yang bersifat rekreatif dan educative dalam
memanfaatkan masa tenggang tersebut. Salah satu kegiatan edukatif dan rekreatif
tersebut adalah PORAK (Pekan Olahraga Antar kelas). Ternyata PORAK tidak hanya
dilaksanakan di SMP atau SMA, di SD pun bisa dilaksanakan. Hal itu terlihat di SDN
Sukamulya yang selalu melaksanakan kegiatan porak sejak tahun 2010. Bahkan
kegiatan porak selalu menjadi kegiatan paforit yang selalu dinanti-nanti oleh
seluruh peserta didik. Melalui kegiatan porak peserta didik dapat bergembira
bersama dan menyalurkan hobinya.
Melalui porak juga
peserta didik belajar manajemen, kepemimpinan, sportiftas, kompetitif, dan rasa
tanggung jawab. Hal yang paling lugas selain nilai-nilai tersebut adalah
belajar mmanajemen pertandingan. Seperti yang terlihat dalam porak di SDN
Sukamulya bulan Desember kemarin, seluruh perangkat pertandingan dilakukan oleh
peserta didik. Adapun perangkat pertandingan tersebut diantaranya :
Panitia
Panitia pelaksana
kegiatan porak adalah ketua kelas (KM) dan wakil KM dari kelas 3 sampai kelas
6. Masing-masing dibagi menjadi 2 panitia. Untuk laki-laki menjadi panitia
sepakbola, dan perempuan menjadi panitia hadang (Gobak sodor/galah). Tugas
panitia adalah mengatur dan mengkondisikan pertandingan agar pertandingan dapat
berjalan dengan sukses. Panitia juga bertugas untuk mengatur dan memilih wasit,
instruktur pertandingan, bagan pertandingan, serta peralatan dan perlengkapan pertandingan.
Wasit
Wasit adalah yang
bertugas memimpin jalannnya pertandingan. Wasit yang telah dipilih oleh panitia
adalah wasit yang mempu memimpin dan memiliki tanggungjawab yang besar. Bukan
hanya itu wasit juga harus menguasai peraturan pertandingan. Maka dari itu
wasit yang dipilih oleh panitia adalah aktifis ekskul dari kelas 5 dan kelas
enam. Wasit yang bertugas memimpin pertandingan adalah di luar kelas yang
sedang bertanding agar lebih pair flay. Maka dari itu dalam kegiatan porak,
wasit bisa juga menjadi pemain dengan prinsip dari peserta didik oleh peserta
didik untuk peserta didik karena setiap peserta didik berhak untuk ikut serta
dalam porak.
Instruktur
pertandingan
Instruktur pertandingan
(IP) bertugas untuk mencatat semua kegiatan porak. Tugas yang paling sederhana
IP adalah mencatat pemenang dalam setiap pertandingan. Dengan mncatat semua
pemenang dalam setiap pertandingan maka tidak akan tertukar tim yang sudah
menang dan tim yang sudah kalah sehingga pertandingan dapat selesai sampai
pertandingan final.
Peralatan
dan perlengkapan pertandingan.
Peralatan dan
perlengkapan pertandingan yang sederhana dalam sepak bola adalah bola, peluit,
bendera hakim garis, scoring seet/bagan pertandingan, serta kostim pemain dan
lapangan permainan. Sedangkan untuk hadang peluit, bendera hakim garis, scoring
seet/bagan pertandingan, serta lapangan permainan. Jika diperlukan boleh
memakai sound dan mix.
Untuk mengatur semua itu,
sepertinya hal yang mustahil dilakukan oleh siswa SD. Namun, dalam kenyataannya
ternyata peserta didik SD pun bisa melakukannya. Tentu saja dengan arahan dan
pengawasan dari gurunya terutama guru penjas. Bagimana pun setiap guru bertugas
untuk mendidik peserta didiknya agar lebih mandiri dan berjiwa kepemimpinan.
Tentu saja pendidikan tersebut diberikan bukan dengan cara mendikte melainkan
mengarahkan agar peserta didik dapat melakukannya dengan senang hati. Sesuatu
yang dilakukan dengan senang hati maka akan terasa ringan. Hal itu terlihat
pada raut wajah mereka panitia, wasit, dan intruktur pertandingan PORAK SDN
Sukamulya yang melakukan tugasnya dengan bahagia, ceria, tanpa ada beban
sedikitpun meskipun harus capek, panas-panasan, dan tanpa dibayar se-sent pun.
Mereka melakukannya dengan ikhlas dan sukarela.
Penulis
adalah
guru Penjaskes di SDN Sukamulya Kecamatan Bungursari UPT Dinas Pendidikan
Wilayah Barat Kota Tasikmalaya. Pengurus IGORA Kota Tasikmalaya.
Terbit di Majalah Persada Nusantara, Pebruari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar