Selasa, 04 April 2017

O2SN & OLIMPYSM



O2SN DAN OLIMPYSM
Oleh : Irvan Kristivan, M.Pd.

Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) adalah ajang tahunan yang selalu disambut gembira oleh para pelajar di seluruh Indonesia. Bukan hanya pelajar, melainkan guru, instruktur, dan para pelatihpun turut menyambutnya. Berbagai persiapan telah dilakukan untuk menampilkan pelajar terbaik guna meraih prestasi tertinggi. H. Yuda Saputra dalam perkuliahan Pascasarjana-UNIGAL mengemukakan bahwa “pembinaan atlet di usia sekolah adalah hal yang pundamental dalam pembentukan atlet nasional yang berprestasi”. Pembinaan atlet di usia sekolah tersebut terbagi menjadi 2 jalur, yaitu melalui jalur sekolah dan jalur non sekolah. Salah satu kegiatan pembinaan atlet jalur sekolah adalah kegiatan O2SN yang berjenjang mulai dari tingkat Kecamatan, Kota, Provinsi, sampai tingkat Nasional. Kegiatanya-pun berkesinambungan setiap tahun.
Namun, ada hal yang sangat penting yang terkadang dikesampingkan dan bahkan dilupakan oleh para pembina cabang olahraga (cabor) yang dipertandingkan dalam O2SN, baik itu guru, instruktur, maupun pelatih. Hal penting tersebut adalah spirit olimpysm.  Olimpysm adalah nilai universal dalam kehidupan yang sangat dijunjung tinggi pada awal sejarah lahirnya olimpiade. Pada masa Olimpiade Kuno  (1300 BC – 776 AD) ada tiga hal penting yang terjadi, yaitu: 1) selama masa perlombaan berlangsung semua aktivitas peperangan dan permusuhan dihentikan dan dilarang, 3) para pemenang sangat dihormati oleh masyarakat Yunani dan 3) diberi gelar PAHLAWAN.
Adapun nilai universal yang terkadung dalam olimpiade  yang kiranya perlu dipahami betul oleh para pembina O2SN diantaranya :
1.      Mengajarkan pembinaan pribadi manusia secara terpadu antara fisik, jiwa dan pikiran / akal agar peserta didik kuat secara jasmani dan rohani.
2.      Memacu upaya peningkatan kualitas hidup yang lebih baik agar peserta didik mampu berdaya saing secara sehat dalam menjalani kehidupannya kelak atau yang lebih dikenal dengan istilah citius (tercepat), altius (tertinggi) dan forties (terkuat).
3.      Mendorong sikap dan karakter hidup mulia; Menjadi yang terbaik/sempurna (Excellence) dengan kerja keras dan fokus berlatih, berjuang hingga akhir (pantang meyerah), dan terus belajar untuk mendapatkan proses yang tepat untuk pencapaian prestasi terbaik. Saling menghargai diri dan orang lain dan persahabatan (Respect). Serta selalu bersahabat (Friendship) dengan orang lain, berempati dan bersimpati kepada orang lain, kerjasama dan saling mendukung.
Maka dari itu perlu dicamkan oleh para pembina O2SN bahwa “Anak bermain untuk bergembira”. Jangan biarkan hanya untuk mengejar prestasi anak merasa tertekan atau terbebani. Biarkan mereka bermain atau bertanding dengan suka cita. Biarkan anak memilih cabang olahraga (cabor) yang sesuai dengan minatnya. Jauhkan anak dari rasa pemusuhan, kebencian, kedengkian, dan dendam. Ajarilah anak bahwa semua adalah teman, ingatkan bahwa “LAWAN dilapangan adalah KAWAN bertanding”.
Dengan demikian prestasi bukan tujuan akhir dalam O2SN. Justru sebagai awal perjalanan anak untuk menjadi manusia yang lebih baik dalam berbagai hal.


Penulis adalah anggota Forum GUMEULIS dan sekretaris IGORA Kota Tasikmalaya. Mengajar Penjaskes di SDN Sukamulya Kecamatan Bungursari UPT Dinas Pendidikan Wilayah Barat Kota Tasikmalaya.




Terbit di Kabar Priangan, Jum'at 1 April 2016



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SGFA : BERLATIH BERSAMA COACH BONGSU HASIBUAN

SGFA : BERLATIH BERSAMA COACH BONGSU HASIBUAN FUTSAL adalah cabang olahraga yang menjadi trend remaja masa kini. Pelajar SD, SMP, SMA, Hin...